PayPal Donate

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

BidVertiser

Minggu, 10 Mei 2009

MENUMBUHKAN RASA TAKUT KEPADA ALLAH SWT

“Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah SWT sebelum ada air susu yang kembali kepada teteknya dan tidak akan berkumpul debu-debu dalam perang membela agama Allah SWT, Serta asap Neraka jahanam di tempat sampah.”



Syaikh Imam Ghazali ra, menjelaskan :
“Takut itu adalah cambuk Allah SWT, maka dengan cambuk itu digiringlah hamba-hambaNya untuk selalu tetap tekun pada ilmu dan amal. Dengan ilmu dan amal, maka mereka memperoleh kedudukan di sisi Allah SWT”.

Ukuran rasa takut yang dimilki manusia itu bertingkat-tingkat. Yang paling rendah adalah rasa takut yang hanya sekejap, selanjutnya rasa takut yang biasa saja (sedang) kemudian rasa takut yang berlebihan.

Adapun rasa takut yang sekejap, seperti halnya rasa takut seorang wanita yang hatinya mudah tersentuh. Yakni timbulnya perasaan takut ketika mendengar alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dia mata dan menangis.

Yang demikian itu sama halnya dengan perasaan sedih. Jika persaan sedih ( terharu) atau takut telah lenyap dari hatinya, maka ia akan melupakan. Bahkan sama sekali tidak ingat. Yakni tidak membekas ataupun terkesan di dalam hatinya.

Rasa takut seperti itu sedikit sekali manfaatnya, sama seperti sebuah ranting kecil untuk mencampuk kuda yang kuat. Maka ranting tersebut tidak dapat menyakitinya serta tidak mampu untuk menggiring ke tempat tujuan. Itulah ukuran rasa takut pada kebanyakan orang, kecuali orang-orang yang arif atau para ulama.

Meraka memiliki rasa takut yang membekas dan dapat dijadikan cambuk untuk istiqomah dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi orang yang ingin mempertajam mata bathinnya, maka seharusnya melakukan hal itu, membunuh hawa nafsu yang cenderung mengajak dan berbuat maksiat.

Apabila berhasil membakar hawa nafsu syawatnya (keinginan) kepada dunia ,maka ia akan menjadi manusia yang lemah lembut dan khusu’ dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Serta merasa hina di hadapanNya sehingga pada akhirnya hati menjadi tenang.

Dan ia tidak akan sombong atau ujub, kebusukan serta kedengkian hatinya perlahan-lahan akan lenyap. Karena dengki dan busuk hatinya adalah penyakit jiwa yang merusak amal perbuatan.

Apabila seseorang merasa takut akan siksa Allah SWT, pasti ia berusaha sekuat mungkin dalam menjaga hati dari penyakit seperti itu. Takut ibarat binatang buas, seseorang yang di terkam tentu keadaan sangat darurat. Ia tidak tahu, apakah binatang tersebut lengahsehingga bisa melepaskan diri atau justru menjadi mangsanya.

Karena merasa sangat ketakutan, maka ia berfikir serta tubuhnya berontak. Berjuang menyelamatkan diri. Demikian pula orang yang merasa takut kepada Allah SWT, maka harus berjuang lebih keras daripada usahanya untuk melepaskan diri dari binatang buas.

Orang yang takut kepada Allah SWT dan takut akan siksaNya, maka dapat dilihat dari amal perbuatannya. Ia berusaha mencegah diri dari perbuatan-perbuatan yang terlarang. Apabila berhasil mencegah dirinya dari perbuatan yang haram, maka harus diingakatkan dengan mencegah diri dari sesuatu yang halal tetapi meragukan.
Tingkatan ini disebut taqwa, sebab taqwa adalah meninggalkan sesuatu yang meragukan. Karena waspada agar tidak lagi terjebak ke dalam perbuatan yang terlarang, maka meninggalkan yang halal tetapi meragukan adalah lebih utama.
Rasa takut yang harus dipahami oleh penempuh jalan sufi, adalah takut secara lahir dan bathin. Dan bukan takut yang hanya terbatas di dalam hati saja melainkan juga diikuti dengan lahiriah, yaitu mencegah hawa nafsu.

Apabila seseorang telah takut berbuat maksiat atau sesuatu yang dilarang dan takut melakukan sesuatu yang halal tetapi meragukan, maka itulah orang yang bertakwa. Sesungguhnya taqwa adalah mencegah dari perbuatan yang tidak baik sesuai dengan yang dikendaki oleh rasa takut itu sendiri.

Hal yang bersih tentu rasa takutnya kepada Allah lebih kuat dari pada hati yang kotor ( oleh kemaksiatan).

Dalam hal ini Abu Sulaiman ad Darani berkata:

“Tidaklah rasa takut itu berpisah dari hati, terkecuali hati telah rusak”.

Selama manusia memiliki rasa takut kepada Allah SWT, maka tetap menapaki jalan kebenaran kepada jalan yang sesat. Namun ketika ia tidak lagi mempunyai rasa takut, maka dengan mudah ia membelokkan langkah dari jalan kebenaran kepada jalan sesat.
Takut dan harap itu laksana dua sisi uang. Di dalam hatinya manusia rasa takut dan harap itu selalu ada, tergantung mana yang lebih kuat. Jika harapan lebih kuat, maka ia dapat mengalahkan hati dan akan menjadi rusak. Maka seharusnya takut di dalam hatinya harus lebih kuat.

Apabila selalu berharap untuk mendapatkan surga-Nya, maka manusia menjadi kurang ikhlas dalam beribadah. Tetapi apabila rasa takut lebih kuat menguasi hatinya, maka manusia akan selalu berbakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Loking For Money Per_Klik

YourNight.com

Penghasil Dolar